Saturday, April 16, 2016

Flora dan Fauna

Flora & Fauna Jawa

Melengkapi catatan tentang flora dan fauna khas di seluruh Indonesia, kali ini kami mengangkat flora dan fauna khas Jawa. Mereka sangat menakjubkan dan jeli. Walaupun jumlah mereka sedikit, mereka tetap sangat menarik.

Gandaria

Gandaria yang merupakan tumbuhan asli Indonesia, di beberapa daerah mempunyai berbagai nama lokal seperti Gandaria (Jawa), Jatake, gandaria (Sunda), Remieu (Gayo), Barania (Dayak ngaju), Dandoriah (Minangkabau), Wetes (Sulawesi Utara), Kalawasa, Rapo-Rapo Kebo (Makasar), dan Buwa Melawe (Bugis). Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut sebagai Marian Plum atau Gandaria. Selain di Indonesia, Gandaria tumbuh tersebar di wilayah tropis Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand.



Pohon Gandaria, atau bisa dipanggil Bouea macrophylla, yang menjadi flora khas Jawa Barat, mempunyai tinggi pohon hingga mencapai 27 meter. Daun berbentuk bundar telur memanjang hingga jorong dengan panjang 11- 45 cm dan lebar 4 – 13 cm. Gandaria memiliki buah berbentuk agak bulat dengan diameter antara 2.5-5 cm. Kulit buah berwarna hijau saat muda dan kekuningan atau jingga saat tua. Daging buah Gandaria mengeluarkan cairan kental, berbau khas menyengat, dan memiliki rasa agak asam hingga manis. Buah Gandaria muda dimanfaatkan sebagai campuran rujak atau sambal gandaria. Selain dapat dikonsumsi langsung ataupun dibuat asinan atau sirup.



Macan Tutul


Nama latin hewan ini adalah Panthera Pardus Melas yaitu tak lain dari Macan Tutul khas Jawa. Populasi hewan tersebut hanya tersia 250 – an dan sangat vital sebab hewan tersebut termasuk salah satu dari hewan – hewan langka sebab selalu diburu dengan cara tidak sah oleh orang – orang asing untuk kulit mereka yang sangat berkualitas dan mahal. Hewan ini soliter, kecuali pada musim berbiak. Macan tutul ini lebih aktif berburu mangsa di malam hari. Mangsanya yang terdiri dari aneka hewan lebih kecil biasanya diletakkan di atas pohon agar tidak bisa diambil oleh predator lain. Mereka diketahui sebagai hewan dengan indra penglihatan dan penciuman yang tajam dan efektif. Sebab itulah mereka dipanggil pemburu mangsa yang baik.



Badak Jawa




Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros Sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan adalah salah satu dari lima jenis badak yang masih ada. Badak ini memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak India dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya. Badak Jawa sangat teritorial dan akan mengancam siapa saja yang mendekati rumah mereka. Badak ini sudah terancam punah, populasinya hanya sekitar 60 individu yang tersisa.



Flora & Fauna Bali

Majegau 

Majegau (densiflorum) merupakan flora identitas provinsi Bali mendampingi Jalak Bali sebagai fauna identitas. Tanaman ini memiliki kualitas kayunya yang unggul sehingga di Bali banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, terutama bangun – bangunan suci, dan sebagai bahan kerajinan ukiran. Majegau dikenal dengan beberapa nama yang berbeda di berberapa daerah di Indonesia seperti Kapinango, Maranginan, Pingku (Sunda), Cempaga, Cepaga, Kraminan (Jawa), Majegau (Bali), Ampeuluh, Kheuruh (Madura), Tumbawa Rendai, Tumbawa Rintek (Minahasa).



Majegau atau cempaga merupakan pohon berkayu dengan ketinggian mencapai 40 meter dan dengan diameter hingga 1,2 meter. Kayunya berat, keras namun berserat halus dengan warna coklat kuning muda hingga merah muda atau coklat-merah muda, mengkilap. Daun majegau berbentuk lanset lonjong. Buahnya berbentuk bulat telur dengan panjang antara 3-6 cm.

Majegau mempunyai batang yang keras dan awet. Lantaran itu, di Bali, tanaman batang tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai bahan pembangunan pura, tiang rumah dan sebagai bahan kerajinan ukir-ukiran. Batang majegau dipercaya sebagai simbolisasi Bhatara Sadasiwa, sehingga sering digunakan dalam upacara Manusa Yadnya, yaitu suatu upacara suci atau pengorbanan suci yang bertujuan untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir bathin manusia.



Jalak Bali


Jalak Bali (Leucopsar Rothschildi) atau disebut juga Curik Bali adalah sejenis burung sedang dengan panjang lebih kurang 25 cm. Burung pengicau berwarna putih ini merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Pulau Bali bagian barat. Burung ini juga merupakan satu-satunya satwa endemik Pulau Bali yang masih tersisa setelah Harimau Bali dinyatakan punah.

Sejak tahun 1991, burung tersebut termasuk 1 dari binatang – binatang yang akan punah. Sebab itu Jalak Bali sedang dilindungi. Burung ini ditemukan pertama kali oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggris pada tanggal 24 Maret 1911. Burung Jalak Bali ini mudah dikenali dengan ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Jalak Bali memiliki pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Antara burung jantan dan betina serupa.

Kepunahan Jalak Bali (Leucopsar Rothschildi) di habitat aslinya disebabkan oleh deforestasi (penggundulan hutan) dan perdagangan liar. Bahkan pada tahun 1999, sebanyak 39 ekor Jalak Bali yang berada di pusat penangkaran di Taman Nasional Bali Barat, di rampok. Padahal penangkaran ini bertujuan untuk melepasliarkan satwa yang terancam kepunahan ini ke alam bebas. Untuk menghindari kepunahan, telah didirikan pusat penangkaran yang salah satunya berada di Buleleng, Bali sejak 1995. Selain itu sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia juga menjalankan program penangkaran Jalak Bali.


No comments

Post a Comment

© COMPASS TO INDONESIA
Maira Gall